Sungguh disayangkan, akibat sedikitnya edukasi dini soal kesehatan gigi dan mulut, kesadaran masyarakat Indonesia mengenai kesehatan di area tersebut masih sangat minim. Padahal, menurut WebMD kondisi kesehatan gigi, gusi dan mulut memiliki pengaruh yang cukup besar bagi kesehatan tubuh manusia secara menyeluruh.
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat dari rendahnya intensitas kunjungan ke dokter gigi. Kalau idealnya kunjungan ke dokter gigi dilakukan paling sedikit dua kali dalam setahun untuk mengontrol kondisi kesehatan gigi, kenyataannya sebagian besar orang hanya datang ke dokter gigi ketika sudah menemukan masalah pada gigi.
Tak heran apabila banyak kasus kerusakan gigi yang luput dari perhatian. Salah satunya, dentin hypersensitivity atau yang sering disebut gigi sensitif. Sebanyak 45% orang di Indonesia mengalami kondisi gigi sensitif yang dicirikan dengan adanya rasa ngilu pendek saat mengkonsumsi makanan asam, manis, panas dan dingin*.
Kondisi ini disebabkan oleh terkikisnya lapisan terluar gigi (email). Email yang terkikis menyebabkan lapisan dentin yang lebih sensitif jadi terekspos. Dentinterdiri atas tabung kecil yang berhubungan dengan syaraf gigi. Akibat tidak terlindung ketika makanan atau minuman menyentuh dentin, syaraf gigi akan terangsang sehingga timbul rasa ngilu.
Faktor yang dapat membuat email terkikis adalah kebiasaan masyarakat Indonesia seperti konsumsi berlebih pada soda, kopi dan sederetan makanan manis lainnya. Soda mengandung phosphoric acid dan citric acidyang bila dikonsumsi berlebih dapat mengikis email gigi. Begitu juga dengan kopi yang bersifat asam, apabila dikonsumsi berlebih selain dapat membuat gigi menguning juga berpotensi mengikis email.
Selain itu, banyak juga masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan menyikat gigi terlalu agresif menggunakan sikat berbulu kasar dengan asumsi bahwa menyikat gigi seperti ini dapat membuat gigi lebih bersih dari sisa makanan. Padahal kebiasaan ini dapat membuat lapisan email terkikis.
Tak hanya karena email terkikis, gigi sensitif juga dapat timbul karena surutnya gusi yang salah satu sebabnya adalah kebiasaan merokok. Nikotin dan tar pada rokok dapat menimbulkan plak di sela-sela gusi. Tumpukan plak membuat area gusi rentan menjadi tempat hidup bakteri dan terkena penyakit gusi. Gusi yang terinfeksi bakteri lama kelamaan akan surut dan menyebabkan bagian gigi yang tidak terlindung email lebih terbuka. Kondisi ini membuat gigi lebih sensitif.
Gigi sensitif seringkali tidak terdeteksi oleh penderitanya akibat pengetahuan yang minim soal gejala dan efek jangka panjangnya. Gigi sensitif tidak baik apabila didiamkan tanpa penanganan karena rasa ngilunya dapat membuat tidak nyaman dan terbatas saat mengkonsumsi makanan dan minuman.
Agar gigi sensitif dapat tertangani secara lebih dini, ada beberapa kebiasaan yang harus mulai dilakukan seperti rutin mengunjungi dokter gigi. Berdasarkan data*, sebanyak 52% orang Indonesia tidak dapat menyadari kondisi gigi sensitifnya tanpa berkonsultasi dengan dokter gigi.
Untuk merawat gigi pilih pasta gigi yang khusus untuk gigi sensitif. Kini, ada pasta gigi dengan teknologi NovaMin® yang dapat memperbaiki kondisi gigi sensitif secara lebih optimal. Apabila bercampur dengan air liur (saliva), kandungan Calcium Sodium Phosphosilicate pada NovaMin® akan membantu membentuk ion-ion kalsium fosfat yang merupakan elemen pembentuk lapisan gigi.
Pasta gigi yang dengan teknologi NovaMin® yang dapat menjadi pilihan adalah Sensodyne Repair & Protect. Apabila digunakan secara teratur 2 kali setiap hari pasta gigi ini akan membentuk kembali lapisan pelindung gigi yang 1,5 kali lebih kuat dari lapisan dentin alami.
*Ipsos Indonesia Toothpaste Benchmark Tracking Report, Desember 2011, diantara konsumen dengan usia 25-60 tahun, di 3 kota besar.
Sumber: http://health.detik.com/read/2014/03/27/161224/2538801/756/minimnya-pengetahuan-masyarakat-indonesia-soal-gigi-sensitif?l992205755
Tidak ada komentar:
Posting Komentar