Jakarta, Masalah kesehatan di Indonesia terkait angka kematian ibu dan bayi yang tinggi dikatakan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jalal, adalah akibat kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesehatan remaja.
Fasli mengatakan bahwa saat ini sekitar 48 persen remaja Indonesia kekurangan gizi. Remaja yang kekurangan gizi dapat terserang berbagai penyakit yang pada perempuan terutama adalah sakit anemia.
Kurangnya asupan gizi yang seimbang yang kaya akan zat besi seperti buah-buahan dan sayuran yang cukup pada remaja perempuan menjadi penyebab utama anemia.
Anemia pada perempuan dapat menimbulkan efek cepat lelah, menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya konsentrasi, dan mengganggu pertumbuhan fisik.
Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes sebagai Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengatakan kematian ibu dan bayi yang tinggi berkaitan dengan kesehatan reproduksi perempuan. Anemia jika dibiarkan akan berdampak lebih buruk saat perempuan dengan anemia tersebut hamil.
"Remaja-remaja SMP atau SMA dengan anemia, ini kalau suatu saat mereka hamil anemianya akan menjadi cikal bakal masalah kehamilan. Anemia dapat menyebabkan pendarahan pada ibu hamil dan penyebab kematian terbesar dari ibu yang melahirkan adalah pendarahan" kata Emi saat ditemui pada acara forum diskusi di merDesa Institute Jakarta, seperti ditulis Rabu (25/6/2014).
Ketika ibu hamil, selain bahaya pendarahan saat melahirkan ada juga bahaya pada bayi. Janin membutuhkan zat besi sebagai salah satu asupan gizi sehingga ibu dengan anemia beresiko pula meningkatkan kemungkinan keguguran, kelahiran prematur, berat badan rendah, cacat bawaan, hingga kematian janin.
Hingga periode 2012 angka kematian ibu dan bayi di Indonesia merupakan angka kematian tertinggi se Asia Tenggara. Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia atau SDKI, 2007) menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2010). Angka Kematian Bayi (AKB) hanya menurun sedikit dari 34 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2010) menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Sumber: http://health.detik.com/read/2014/06/25/073736/2618409/1301/remaja-perempuan-anemia-rentan-kehamilan-berisiko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar