Jakarta, Saking asyiknya bekerja, banyak orang mengabaikan tidur. Sesekali mungkin tak masalah. Tapi, kalau keseringan, bisa berabe....
Kematian Mita Diran, copywriter muda, beberapa waktu lalu, sungguh mengagetkan. Ia meninggal setelah 30 jam bekerja tanpa henti.
Waswas pun melanda mereka yang memiliki pola kerja mirip Mita. Wajar jika banyak orang khawatir. Pasalnya pola kerja banyak orang di kota besar, terutama mereka yang muda, seperti tak kenal waktu sehingga tak punya waktu istirahat cukup.
Kerja tak kenal waktu tak melulu dipengaruhi beban kerja, tapi bisa juga karena yang bersangkutan memang doyan kerja. Seorang workaholic. Fitri contohnya. Sehari-hari, perempuan single 25 tahun ini bekerja lebih dari 15 jam. Bahkan, terkadang, Fitri bekerja hingga 20 jam dan menginap di kantor.
"Nanggung kalau ada kerjaan enggak diselesaiin. Jadi, ya sekalian saja," katanya.
Fitri mengakui, sebenarnya lembur kerja bukan merupakan kewajiban. Dia sendiri yang memilih bekerja lembur karena ingin menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat. "Saya sering tak bisa tidur, jadi saya milih kerja saja. Kalaupun saya pulang, saya juga sering kerja di rumah," ujarnya.
Selain Fitri, ada juga Doni. Pria yang bekerja sebagai penerjemah bahasa asing ini sering sekali kerja lembur. Hal itu dikarenakan ada pekerjaan yang harus diselesaikan dengan cepat. "Kadang ada klien minta selesai cepat, jadi saya harus lembur-lembur. Kadang bisa sehari semalam tak tidur," katanya.
Karena pola kerja seperti itu, waktu tidur Fitri dan Doni sangat minim. Paling-paling hanya 3 jam sehari. Padahal, menurut dokter, rata-rata orang
membutuhkan tidur selama 8 jam sehari.
Sumber: http://health.detik.com/read/2014/01/03/164717/2457849/763/tidur-bukan-sekadar-ritual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar