Rabu, 30 April 2014

Meski Langka, Jangan Anggap Remeh Kematian Jantung Mendadak

Jakarta, Terjadi secara tiba-tiba dan seringkali tanpa gejala, kematian jantung mendadak atau sudden cardiac death (SCD) perlu diwaspadai. Salah satunya adalah dengan serius menerapkan pola hidup sehat.

Kematian jantung mendadak menggambarkan kematian alami yang tak terduga dari penyebab jantung dalam jangka waktu pendek. Umumnya sekitar kurang dari 1 jam dari timbulnya gejala jika ada. Kondisi ini biasanya berakibat fatal.

"Kematian jantung mendadak bisa dialami juga oleh mereka yang masih muda, biasanya yang sebelumnya tidak pernah skrining," papar Dr Jeremy Chow, MBBS, MRCP(UK), MRCP (London), MMed, FAMS, dalam temu media yang diselenggarakan di Novotel Mangga Dua Square, Jl Gunung Sahari Raya, Jakarta, Selasa (29/4/2014).

Kasus kematian jantung mendadak yang terjadi pada orang sehat dan masih muda, yaitu terutama pada usia di bawah 40 tahun, masih langka. Namun menurut Dr Jeremy, bukan berarti penyakit ini bisa dianggap remeh. Kurangnya kesadaran masyarakat muda untuk hidup sehat dan rutin skrining jantung merupakan salah satu pemicu munculnya kematian jantung mendadak.

"Pertahankan pola hidup sehat, makan makanan yang sehat dan jangan merokok kalau bisa. Selain itu, lakukan sebisa mungkin skrining rutin yang mencakup elektrokardiogram (EKG). Kalau bisa dilakukan di bawah usia 35 tahun. It's a good starting point," papar ahli jantung dan elektrofisiologi dari Asian Heart & Vascular Centre, Gleneagles Medical Centre Singapore ini.

Jika hasil EKG normal, maka skrining bisa dilakukan kembali saat Anda menginjak usia 40 tahun. Yang pasti, jangan tunda skrining jika ada anggota keluarga Anda yang pernah mengalami kematian jantung mendadak. Sebab Dr Jeremy mengingatkan bahwa kondisi ini sangat mungkin diturunkan dan bersifat genetik.

Sumber: http://health.detik.com/read/2014/04/29/191524/2569160/763/meski-langka-jangan-anggap-remeh-kematian-jantung-mendadak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar