Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth
Minggu, 09/06/2013 13:56 WIB
Jakarta, Tes laboratorium selama ini lebih dikenal perlu dilakukan oleh orang dewasa. Tes ini baru diberikan pada anak jika memang kondisi kesehatannya saat itu memerlukan pemeriksaan. Padahal, tes ini sebaiknya juga dilakukan pada anak-anak. Mengapa?
Tes laboratorium tak hanya mengambil sampel darah pasien untuk diperiksa, tetapi juga sampel lain seperti urin dan feses. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya masalah pada anak.
"Kebanyakan bayi dengan penyakit keturunan atau bawaan terlihat normal saat dilahirkan. Sehingga untuk dapat dipastikan apakah ada masalah kesehatan, perlu dilakukan tes laboratorium," ungkap Miftah Nur Rahman, S.Si, perwakilan dari Prodia, dalam acara seminar kesehatan anak yang diadakan di Hotel Menara Peninsula, Jl Letjen S. Parman, Jakarta, dan ditulis pada Minggu (9/6/2013).
Menurut Miftah, ada kondisi kesehatan tertentu yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak Oleh karena itu, penting untuk memantau setiap fase pertumbuhan si kecil. Sejak bayi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah bayi berisiko mengidap anemia atau kekurangan zat besi.
"Anak yang sejak dini sudah menderita kekurangan zat besi, namun tidak diketahui dan tidak diberikan suplemen zat besi, maka akan mempengaruhi fungsi kognitifnya," imbuh Miftah.
"Tak hanya mempengaruhi fungsi kognitif, anak yang kekurangan zat besi juga bisa terganggu tingkah laku dan pertumbuhannya," ungkap Dr. dr Rini Sekartini, Sp.A, spesialis anak RSCM, dalam acara yang sama.
Begitu juga saat anak berusia balita (3-5 tahun), pada masa ini anak sudah bisa memilih makanan apa yang mau ia makan dan mana yang ia tidak mau. Terlalu banyak mengonsumsi makanan manis atau cepat saji bisa menimbulkan obesitas.
Anak usia sekolah (5-12 tahun) juga memerlukan tes laboratorium, ini untuk mengetahui apakah anak mengalami kecacingan atau tidak. Sebab, anak usia sekolah umumnya sudah mulai jajan sembarangan di sekolah. Tes laboratorium akan memeriksa sampel feses anak untuk dapat dicegah menjadi lebih parah.
Saat remaja (12-18 tahun), pemeriksaan laboratorium yang dilakukan lebih kompleks, yaitu mencakup guladarah, tes hepatitis, tes ginjal, dan tes hati. Seluruh tes ini sebaiknya dilakukan minimal 1 kali dalam setahun, agar kondisi kesehatan anak terus terpantau.
Sebaiknya anak dibiasakan untuk rutin melakukan pemeriksaan laboratorium sejak bayi hingga remaja. Agar jika ada peningkatan atau bahkan penurunan kadar nutrisi tertentu di tubuhnya dapat segera diketahui dan diatasi sedini mungkin.
Sumber: http://health.detik.com/read/2013/06/09/135648/2268222/1301/tak-hanya-orang-dewasa-anak-juga-perlu-tes-laboratorium?l992203755
Analisis: Tes Laborattorium sekarang bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa, sekarang tes tersebut diharuskan juga untuk anak-anak. karena berpengaruh kepada fungsi kognitifnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar